Daftar Isi
BAB
I
Pendahuluan . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . 2
A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . 2
B. Masalah . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . 3
C. Hipotesis . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . 3
BAB II
Kajian Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
BAB III
Metode Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
A. Tujuan . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . 16
B. Alat dan Bahan . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . 16
C. Prosedur . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . 16
D. Pengambilan data . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . 16
E. Tabel hasil penelitian .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . 19
BAB IV
Pembahasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
BAB V
Penutup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
A.
Kesimpulan
. . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . 22
B.
Saran
. . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . 22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ciri makhluk hidup adalah
tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan pada tanaman terjadi karena adanya
pertambahan ukuran (volume) yang irreversible (tidak dapat balik) yang
disebabkan adanya pertambahan jumlah sel melalui proses pembelahan sel secara
mitosis pada titik tumbuh dan pembesaran dari tiap-tiap sel. Sedangkan
perkembangan merupakan spesialisasi sel sel menjadi struktur dan fungsi
tertentu. Perkembangan tidak dapat dinyatakan dengan ukuran, tetapi dapat
dinyatakan dengan perubahan bentuk dan tingkat kedewasaan.
Pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor eksternal
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah cahaya. Tumbuhan
membutuhkan cahaya, tetapi banyaknya cahaya yang dibutuhkan tidak selalu sama
pada setiap tanaman.
Pada saat pembelajaran mengenai
pertumbuhan dan perkembangan, terdapat banyak sekali teori yang menjelaskan
mengenai faktor-faktor, mekanisme, maupun macam-macam pertumbuhan dan
perkembangan pada tumbuhan. Namun, teori tersebut belum dapat dipelajari penuh
jika kita belum mengetahui bagaimana keadaannya sebenarnya di lingkungan kita.
Selain itu, masih banyak siswa-siswa yang belum dapat menunjukan bagaimana
pertumbuhan dan perkembangan sebuah tanaman.
Untuk itu, penulis mengadakan praktek
lapangan sekaligus penelitian untuk lebih mengetahui dan membuktikan
teori-teori tersebut. Dengan berlandaskan teori-teori tersebut, di dalam
penelitian ini, penulis akan mengamati pertumbuhan dan perkembangan biji jagung
dan biji kacang hijau.
B. Masalah
Adapun rumusan masalah yang ada
berdasarkan latar belakang di atas adalah sebagai berikut :
1. Apakah suhu dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman biji jagung dan biji kacang hijau ?
2. Bagaimana suhu dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman biji jagung dan biji kacang hijau ?
C.
Hipotesis
1. Setiap tumbuhan yang memperoleh suhu
yang berbeda, maka tinggi pada tumbuhan – tumbuhan tersebut berbeda.
2. Setiap tumbuhan yang memperoleh suhu
yang berbeda, maka kekuatan daun dan batang pada tumbuhan – tumbuhan tersebut
berbeda.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
Faktor
- Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
A.
Faktor
Internal
Faktor internal meliputi factor genetis
(hereditas) dan proses fisiologi individual yang bersifat spesifik .
1. Faktor Genetis
Proses
pekecambahan diawali dengan penyerapan air (imbibisi). Masuknya air selain
berfungsi melarutkan cadangan makanan yang terdapat di bagian keping lembaga ,
juga menginduksi aktifitas enzim hidrolitik. Aktivitas enzim hidrolitik
dikendalikan oleh gen-gen yang bertanggung jawab untuk hal tersebut.
Berakhirnya
masa dormansi dan dimulainya proses berkecambahan ditentukan oleh kemampuan
tumbuhan untuk melakukan metabolisme. Pertumbuhan dan perkembangan akan optimal
apabila laju metabolisme juga optimal. Aktifitas metabolik yang berlangsung di
dalam tumbuhan dikendalikan oleh gen-gen yang dimiliki tumbuhan tersebut.
2. Faktor Fisiologis
Dalam
faktor fisiologis, proses yang terjadi merupakan proses fungsional pada tingkat
seluler. Pertumbuhan dan perkembangan akan melibatkan berbagai macam hormon dan
vitamin. Hormon dan vitamin memiliki fungsi spesifik pada setiap tingkat
pertumbuhan dan perkembangan. Hormon-hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan adalah sebagai berikut :
a. Auksin
Auksin
berperan dalam pertumbuhan untuk memacu proses pemanjangan sel. Hormon auksin
dihasilkan pada bagian koleotil ( titik tumbuh ) pucuk tumbuhan. Jika tekena
cahaya matahari, auksin menjadi tidak aktif. Kondisi fisiologis ini
mengakibatkan bagian yang tidak terkena cahaya matahari. Akibatnya, tumbuhan
akan membengkok ke arah cahaya matahari. Auksin yang diedarkan ke seluruh
bagian tumbuhan mempengaruhi pemanjangan, pembelahan, dan diferensiasi sel
tumbuhan. Auksin yang dihasilkan pada tunas apical ( ujung ) batang dapat
menghambat tumbuhnya tumbuhnya tunas lateral ( samping ) atau tunas ketiak.
Bila tunas apical batang dipotong, tunas lateral akan menumbuhkan daun-daun.
Peristiwa ini disebut dominansi apical.
Fungsi
lain dari auksin adalah merangsang
cambium untuk membentuk xilem dan floem, memelihara elastisitas dinding sel,
membentuk dinding sel primer ( dinding sel yang pertama kali dibentuk pada sel
tumbuhan ), menghambat rontoknya buah dan gugurnya daun, serta membantu proses
partenokarpi. Partenokarpi adalah proses pembuahan tanpa penyerbukan. Pemberian
hormon auksin pada tumbuhan akan menyebabkan terjadinya pembentukan buah tanpa
biji, akar lateral ( samping ) dan serabut akar. Pembentukan akar lateral dan
serabut akar menyebabkan proses penyerapan air dan mineral dapat berjalan
optimum.
b. Giberelin
Giberelin
merupakan hormon yang berfungsi senergis ( bekerja sama ) dengan hormon auksin.
Giberelin berpengaruh terhadap perkembangan dan perkecambahan embrio giberelin
akan merangsang pembentukan enzim amylase. Enzim tersebut berperan memecah
senyawa amilumyang terdapat pada endosperm ( cadangan makanan ) menjadi senyawa
glukosa. Glukosa merupakan sumber energy pertumbuhan. Apabila giberelin
diberikan pada tumbuhan kerdil, tumbuhan akan tumbuh normal kemabli. Giberelin
juga berfungsi dalam pembentukan biji, yaitu merangsang pembentukan serbuk sari
( polen ) memperbesar ukuran buah, merangsang pembentukkan bunga dan mengakhiri
masa dormansi pada biji. Giberelin dengan konsentrasi rendah tidak merangsang
pembentukan akar, tetapi pada konsentrasi tinggi akan merangasang pembentukan
akar. Giberelin pertama kali diisolasi dari jamur giberrella fujikuroi. Hormon
giberelin dapat dibagi menjadi berbagi jenis, yaitu giberelin A, giberelin A2,
giberelin A3 yang memiliki struktur molekul dan fungsi yang sangat spesifik.
c. Etilen
Etilen
berperan dalam proses pematangan buah dan kerontokan daun. Apabila konsentrasi
etilen sangat tinggi dibandingan hormon auksin dan giberelin , proses
pembentukan batang, akar, dan bunga akan dihambat oleh hormon ini. Namun bila
bersama-sama dengan hormon auksin, etilen merangsang proses pembentukan bunga.
Senyawa etilen pada tumbuhan ditemukan dalam fase gas. Etilen sering
dimanfaatkan oleh para distributor atau importir buah. Buah dikemas dalam
keadaan belum masak pada saat diangkut ke pedagang buah ( buah yang sudah
masak tidak diangkut menuju ke pedagang
buah karena akan cepat rusak saat pengangkutan) setelah sampai di pedagang
buah, buah-buahan diperam dengan pemberian gas etilen agar cepat masak kemudian
diperdagangkan.
d. Sitokinin
Sitokinin
adalah hormon yang berperan dalam pembelahan sel ( sitokinesis ). Fungsi
sitokinin adalah :
1) Merangsang pertumbuhan akar dan batang
serta pembentukan cabang akar dan batang dengan menghambat dominasi apical ;
2) Mengatur pertumbuhan daun dan pucuk ;
3) Memperbesar daun muda ;
4) Mengatur pembentukan bunga dan buah ;
5) Menghambat proses penuaan dengan cara
merangsang proses serta transportasi garam-garam mineral dan asam amino ke
daun.
Senyawa sitokinin pertama kali
ditemukan pada tanaman tembakau dan disebut kinetin. Senyawa ini dibentuk pada
bagian akar dan ditransportasikan ke seluruh bagian sel tanaman tembakau.
Senyawa sitokinin juga terdapat pada tanaman jagung dan disebut zeatin.
e. Asam Absisat ( ABA )
Asam
absisat merupakan senyawa inhibitor ( penghambat ) yang bekerja antagonis (
berlawanan ) dengan auksin dan giberelin. Asam absisat berperan dalam proses
penuaan dan gugurnya daun. Hormon ini berfungsi mempertahankan tumbuhan dari
tekanan lingkungan yang buruk, misalnya kekurangan air, dengan cara dormasi.
Kekurangan air akan menyebabkan peningkatan kadar hormone asam absisat di sel
penutup stomata. Akibatnya, stomata akan tertutup dan transpirasi berkurang
sehingga keseimbangan air dapat dijaga.
f.
Kalin
Kalin
merupakan hormon yang berperan dalam proses organogenesis tumbuhan. Berdasarkan
organ yang dibentuk, kalin dikelompokkan sebagai berikut :
1) Rizokalin, yaitu hormon yang
mempengaruhi pembentukan akar.
2) Kaulokalin, yaitu hormon yang
mempengaruhi pembentukan batang.
3) Filokalin, yaitu hormon yang
mempengaruhi pembentukan daun.
4) Antokalin, yaitu hormon yang
mempengaruhi pembentukan bunga.
g. Asam traumalin
Asam
traumalin merupakan hormon yang berperan dalam proses regenerasi sel apabila
tumbuhan mengalami kerusakan jaringan atau terluka. Jaringan akan membentuk
kalus ( jaringan yang belum terdeferensiasi ) pada jaringan yang rusak atau
terluka.
Selain
hormone, vitamin juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Contoh vitamin
adalah riboflavin ( vitamin B12 ), asam askorbat ( vitamin C ), tiamin (
vitamin B1 ), piridoksin ( vitamin B6 ), dan asam nikotinat. Vitamin berperan
dalam proses pembentukan hormon dan berfungsi sebagai koenzim ( komponen
non-protein untuk mengaktifkan enzim ).
B.
Faktor
Eksternal
Factor eksternal adalah factor
lingkungan meliputi pengaruh iklim, tanah, biota tempat tumbuhan berada.
Kondisi ini akan mempengaruhi tumbuhan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan. Factor internal dan eksternal saling mempengaruhi dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Factor-faktor eksternal yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan adalah temperature,
cahaya, air, pH, oksigen, dan nutrisi.
1. Temperatur
Temperature
akan mempengaruhi proses fotosintesis respirasi dan transpirasi pada tumbuhan.
Temperatur yang tinggi akan mempengaruhi kandungan air pada jaringan tumbuhan.
Strategi tumbuhan dalm menghadapi temperature yang tinggi adalah dengan
meningkatkan proses transpirasi ( penguapan air yang umumnya pada daun ).
Selain itu temperature juga mempengaruhi kerja enzim dalam tubuh tumbuhan yang
bekerja pada proses metabolisme.
Temperatur
untuk pertumbuhan dan perkembangan setiap jenis tumbuhan berbeda-beda. Temperatur
yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan tingkat tinggi berkisar
antara 0°C hingga 45°C. contohnya, berbagai kultivar gandum ( Trikum vulgare )
dapat tumbuh pada kisaran temperatur mendekati 0°C 40°C. namun pertumbuhannya akan optimal pada
kisaran temperatur 20°C - 25°C. Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung (
Zea mays ) berkisar antara 30°C -35°C, tetapi jagung tidak dapat tumbuh pada
temperature di bawah 12°C.
Sebenarnya
temperatur optimum pertumbuhan dengan
perkembangan tumbuhan berkaitan dengan assal wilayah jeni tumbuhan tersebut.
2. Cahaya matahari
Cahaya
matahari mempengaruhi tumbuhan berdaun hijau karena cahaya matahari sangat
menentukan proses fotosintesis tumbuhan. Fotosintesis adalah proses dasar pada
tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan menentukan
ketersediaan energy untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Cahaya
matahari juga mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Tumbuhan yang tumbuh ditempat
gelap, akan tumbuh lebih cepat namun kondisi pucat, dan daunnya tidak
berkembang. Keadaan ini akibat tidak adanya cahaya sehingga dapat memaksimalkan auksin untuk
memanjangkan sel-sel tumbuhan. Sebaliknya, tumbuhan yang tumbuh di tempat
terang menyebabkan tumbuhan lebih lambat dengan kondisi relative pendek, daun
berkembang baik dan berwarna hijau. Hal ini dikarenakan auksin dihambat oleh
cahay matahari.
Respon
tumbuhan terhadap periode penyinaran cahaya matahari disebut fotoperiodisme. Di
daerah yang beriklim sedang mengalami empat musim, periode penyinaran akan
bervariasi ssetiap musinya. Berdasarkan respon tumbuhan terhadap periode
penyinaran, tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan berhari pendek , tumbuhan
berhari panjang, dan tumbuhan berhari netral.
a. Tumbuhan berhari pendek ( short-day
plant )
Tumbuhan
berhari pendek merupakan tumbuhan yang berfungsi jika lama pencahayaannya lebih
pendek dari kegelapan. Kelompok tumbuhan ini berbunga pada akhir musim panas
atau musim gugur. Contohnya aster, krisan, dan dahlia.
b. Tumbuhan berhari panjang ( long-day plant )
Tumbuhan
berhari panjang merupakan tumbuhan yang berbunga jika lama pencahayaannya lebih
panjang dari kegelapan. Kelompok bunga ini berbunga pada musim semi. Contohnya
bayam, kentang, dan gandum.
c. Tumbuhan berhari netral
Tumbuhan
berhari netral adalah tumbuhan yang tidak dipengaruhi oleh lama
penyiraman. Contohnya bunga matahari,
mawar, dan kapas.
Respon
tumbuhan terhadap penyiraman meliputi proses dormansi, perkecambahan
perkembangan batang dan akar serta pembungaan. Respon tumbuhanterhadap sinar dikontrol
oleh pigmen fitokrom.
Pada
tumbuhan yang sama, apabila daunyang berfungsi sebagai fotosintesis mengalami
intensitas yang berbeda akan terjadi perbedaan struktur daun. Daun yang terkena
cahaya matahari lebih banyak mengalami proses fotosintesis lebih cepat.
Akibatnya sel-sel palisade yang terbentuk lebih dari satu lapis. Untuk
mengurangi transpirasi, kutikulanya akan menebal. Sebaiknya, tumbuhan yang
kurang terkena matahari akan memiliki kandunga air yang lebih banyak. Pada
tumbuhan ini sel-sel mesofil lebih banyak jumlahnya.
3. Air, pH, dan Oksigen
Air
merupakan senyawa yang sangat penting untuk menjaga tekanan turgor dinding sel.
Fungsi air dalam tumbuhan adalah :
a. Menetukan laju, fotosintesis ;
b. Sebagai pelarut universal dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan ;
c. Menentukan proses transportasi unsur
hara yang ada di dalam tanah ;
d. Mengedarkan hasil-hasilhasil-hasil
fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan ;
e. Sebagai medium reaksi kimia (
metabolisme ) dalam sel.
faktor pH ( derajat kesamman ) yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan terhadap pH tanah. Faktor pH
tanah sangat ditentukan oleh jenis tanah. Misalnya, tanah podsolik merah
kuning (PMK) memiliki pH yang bersifat asam. Agar tidak
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, pH jenis tanah tersebut
diturunkan sengan cara pengapuran. Tumbuhan dapat keracunan jika pH tidak cocok
untuk tumbuha tersebut.
Oksigen merupakan faktor pembatas pada
setiap organisme. Kondisi ini juga berlaku untuk pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan. Konsentrasi oksigen sangat diperlukan dalam medium tempat tumbuh
berada. Bagian akar tumbuhan memerlukan aerasi yang baik untuk mendapatkan
oksigen yang cukup. Dengan dasar itulah petani sering menggemburkan tanaman mereka
secara berkala. Aerasi yang bik mampu
meningkatkan proses respirsi akar untuk
mengedarkan unsur- unsur hara yang ada di dalam tanah ke bagisan daun.
4. Nutrisi
Tumbuhan
memerlukan nutrisi untuk kelangsungan hidupnya. Nutrisi yang dibutuhkan dalam
jumlah banyak disebut unsur makro. Unsur makro misalnya karbon, oksigen,
hydrogen, nitrogen, sulfur, kalium, kalsium, fosfor, dan magnesium. Sedangkan
nutrisi yang dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah sedikit disebut unsur mikro.
Contoh unsur mikro adalah klor, besi, boron, mangan, seng, tembaga, dan
molybdenum. Kekurangan nutrient di tanah atau media tempat tumbuh hidup
mengakibatka tumbuhan mengalami difesiensi mengakibatkan tumbuhan menjadi
tumbuh dan berkembang dengan tidak sempurna.
Fungi
nutrisi dan difesiensi yang timbul akibat kekurangan unsur makro sebagai
berikut :
Unsur makro
|
Fungsi
|
Penyakit
akibat defisiensi
|
Karbon (C)
Oksigen (O)
Hidrogen
(H)
|
Bahan dasar untuk fotosintesis
|
Pertumbuhan terhambat; metabolisme
terhambat; dan tumbuhan akan mati
|
Nitrogen (N)
|
Komponen protein, asam nukleat,
koenzim dan klorofil
|
Pertumbuhan terhambat; daun yang muda
berwarna hijau pucat; dan daun-daun yang tua
berwarna kuning serta gugur (penyakit ini disebvut klorosis)
|
Sulfur (S)
|
Komponen sebagian kecil asam amino
|
Daun berwarna hijau pucat atau kekuningan
dan pertumbuhan lamba
|
Kalium (K)
|
Mengaktifkan enzim, mengatur
keseimbangan kelarutan air, dan mempengaruhi osmosis
|
Pertumbuhan lamabat; daun-daun yang
tua menggulung; terdapat bercak-bercak; tepi daun hangus; dan tumbuhan
menjadi lemah/roboh
|
Kalsium
(Ca)
|
Mengatur beberapa fungsi sel dan
menguatkan dinding sel
|
Daun-daun tidak berbentu; tunas ujung
mati; dan pertumbuhan akar terhambat
|
Fosfor (P)
|
Komponen asam nukleat, fosfolipid,
dan ATP
|
Berkas pembuluh berwarna keunguan,
pertumbuhan terhambat, buah dan biji yang dihasilkan lebih sedikit
|
Magnesium
(Mg)
|
Komponen klorofil dan mengaktifkan
beberapa. enzi
|
Klorosis dan daun-daun berguguran,
pebelahan sel terganggu
|
Fungsi nutrisi dan defesiensi yang
timbul akibat kekurangan unsur mikro sebagai berikut :
Unsur mikro
|
Fungsi
|
Penyakit akibat defisiensi
|
Klor (Cl)
|
Mengatur pertumbuhan akar dan batang serta mengatur
fotolisis
|
Layu, klorosis, dan beberapa daun mati
|
Besi (Fe)
|
Mengatur
sintesis protein dan transport electron
|
Klorosis
dan terbentuknya jalur-jalur berwarna kuning serta hijau pada rumput-rumputan
|
Boron (B)
|
Mengatur perkecambahasn, pembungaan, pembuahan, pembelahan
sel dan metabolisme nitrogen
|
Pertumbuhan tunas terhenti, cabang-cabang lateral mati,
daun menebal dan keriting serta menjadi rapuh
|
Mangan (Mn)
|
Sinteis
klorofil dan pengaktifan koenzim
|
Berkas
pembuluh berwarna gelah, tetapi warna daun memutih dan gugur
|
Seng (Zn)
|
Mengatur pembventukan auksin, kloroplas, dan amilum serta
komponen enzim
|
Klorosis, daun berwarna merah tua, dan akar abnormal
|
Tembaga (Cu)
|
Komponen
beberapa enzim
|
Klorosis,
bintik-bintik pada daun yang sudah mati, dan pertumbuha terhenti
|
Molibdenum
|
Bagian dari enzim yang digunakan dalam metabolisme
nitrogen
|
Daun hijau pucat dan menggulung
|
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Tujuan
Memahami pengaruh
faktor pada perkecambahan biji kacang
tanah dan jagung kuning
B.
Alat
dan bahan
1.
Gelas
2.
Kertas koran bekas
3.
Alat tulis
4.
Benang
5.
Biji jagung kuning
6.
Biji kacang tanah
C. Prosedur
1.
Biji direndam selama 24 jam
2.
Kertas koran disiapkan ukuran 20cm x 20
cm
3.
5
biji kacang tanah dan 5 biji jagung diletakkan pada kertas yang berbeda
4.
Kertas diliipat dan ikat
masing biji pada koran
5.
dimasasukkan
kedalam gelas yang bersih air, usahakan bungkusan terapung dalam gelas
6.
Gelas diletakkan pada
kondisi lingkungan yang berbeda
7.
Rendaman biji diamati setelah
beberapa hari
8.
Panjang
batang dan akar diukur dengan bantuan benang dan mistar
D. Pengambilan Data
What is Baccarat? | Worrione
BalasHapusIn poker, you are playing your hand. In the game, each player 바카라 사이트 makes a bet on a hand consisting choegocasino of 1 or 2 bets. You could make the most 제왕카지노 of that with each